WISATA MANFAAT

Menuangkan informasi tentang kepariwisataan Indonesia yang kaya akan keragaman alam dan budaya. Turut pula memberikan kemudahan dalam melayani customer wisata (tourist) baik domestik maupun internasional untuk welcome (datang) ke Indonesia. Dimulai dari Malang Raya menyebar hingga Nusantara

Senin, 17 April 2017

Sirrah Nabawi: INTIMIDASI KAUM QURAISY

INTIMIDASI KAUM QURAISY TERHADAP RASULULLAH SHALALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM DAN KAUM MUSLIMIN (PARA SAHABAT) DI ERA SEBELUM HIJRAH

GANGGUAN-GANGGUAN KAUM MUSLIMIN TATKALA DI MAKKAH

Rangkuman Kajian Sirrah Nabawiyah oleh Ust. Abdullah S. Hadhromi di Masjid Abdullah Perumahan Permata Jingga Kota Malang. Pada 21 Rajab 1438H/17 April 2017

Segala Puji Bagi Allah, semoga Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad beserta seluruh keluarga dan para sahabatnya. Amma Ba’d.
Kaum Muslimin tatkala berada di Mekkah saat awal mula kerasulan sangat susah. Kaum Muslimin tak luput juga Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan gangguan yang luar biasa dari kaum Kafir Quraisy.
Gangguan yang pernah diterima Rasulullah adalah suatu penghinaan yang luar biasa yang pernah dilakukan salah seorang Kafir Quraisy, adalah salah seorang anak Abu Lahab yang berusaha meludahi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam namun ludahnya oleh Allah tidak diperkenankan mengenai tubuh beliau. Penghinaan yang keterlaluan ini lalu dibalas oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan doa Rasulullah kepada Allah ‘Ajja wa Jalla dengan kebinasaan berupa terkaman binatang buas atau dimangsa oleh anjing-anjing. Doa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam  dikabulkan Allah, berselang beberapa lamanya maka anak Abu Lahab ini pun langsung mati karena serangan anjing-anjing yang ada di Makkah saat itu.
Intimidasi juga dilakukan Kaum Kafir Quraisy berupa ancaman pembunuhan. Beberapa pemuda pernah bersumpah di hadapan berhala-berhala mereka dengan menyebut-nyebutnya Latta, Uzza, Manat dan yang lainnya. Mereka bersumpah bila melihat Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Masjidil Haram, maka mereka akan membantai Rasulullah Salalallhu ‘alaihi wa sallam secara bersama-sama sehingga masyarakat akan kesulitan mencari pelaku pembantaiannya. Rencana mereka didengan oleh Fatimah Az-Zahra radhiyallu ‘anha puteri beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu masih kecil. Fatimah yang mendapatkan syok terapi hebat dari kaum Quraisy menceritakan kepada ayahnya rencana mereka akan membunuh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pun menenangkan Fathimah dan mengatakan bahwa diri beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak takut, maka Rasulullah meminta Fatimah juga tidak takut dengan mereka.
Rasulullah pun mendatangi mereka, lantas setelah bertemu dengan mereka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapakah yang tadi mengatakan akan membunuh saya, siapa?” mereka pun semua menunduk tidak berani mengangkat kepalanya, terdiam seribu bahasa. Mu’jizat Allah Ta’ala membuat mereka tidak mampu lagi melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bahkan melangsungkan rencananya, padahal mereka sudah bersumpah di hadapan berhala mereka. Melihat mereka diam seribu bahasa, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam melemparkan pasir ke arah wajah-wajah mereka lantas mengatakan, “Buruklah muka kalian semua!” Mereka yang terkena lemparan pasir dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam lantas membekas dan menjadikan takdir mereka mati terhina pada saat perang Badar berlangsung.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hambal, bahwa intimidasi dan gangguang yang diterima Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga berupa pemukulan secara beramai-ramai oleh masyarakat suku (kafir) Quraisy. Mendapatkan perlakuan demikian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengasingkan diri dan bersedih, beliau Shalalallahu ‘alaihi wa sallam tidak memikirkan dirinya sendiri yang saat itu kesakitan, namun beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam memikirkan umatnya. Beliau bersedih melihat kaumnya tidak mau diajak masuk ke dalam syurga dan kenikmatan abadi, itu yang beliau sedihkan.
Melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersedih, lantas Allah Ta’ala mengutus malaikat Jibril mendatangi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Malaikat Jibril ‘alaihi wa sallam menanyakan mengapa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersedih, lantas beliau menceritakan apa yang baru saja terjadi. Malaikat Jibril pun menawarkan sesuatu kepada Beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam berupa kekuasaan Allah Ta’ala yang dapat menghibur beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pun senang dan mengiyakannya.
Kemudian malaikat Jibril mengatakan, “Wahai Muhammad (Shalallahu ‘alaihi wa sallam), cobalah kau panggil pohon itu kemari”. Lantas Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pun memanggil pohon itu dengan isyarat tangan, pohon itu pun berjalan mendekati beliau sampai dekat sekali ke hadapan beliau. Lantas oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam diminta kembali ketempat semula, dan pohon itu pun kembali tepat ke tempatnya semula. Melihat ini Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sangat senang dan terhibur seraya mengatakan, “Cukup, cukup wahai Jibril.”
Intimidasi kepada Para Sahabat Rasul radhiyallahu ‘anhum
Sahabat-sahabat Rasululllah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak luput dari siksaan, tekanan, dan gangguan yang dilakukan oleh para pembenci Islam saat itu. Gangguan paling dahsyat adalah dari kalangan orang-orang miskin dan para budak.
Ali Yasir (Kaluarga Yasir) merupakan keluarga budak dan bukan asli bangsa Quraisy, setelah mereka semua mengimani apa yang disampaikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan masuk ke dalam Islam, mereka bertambah dihinakan dan sangat dihinakan. Siksaan bertubi-tubi dilakukan kepada mereka. Ibu Ammar bin Yassir bernama Sumayyah pun tidak luput dari pelecehan yang dilakukan Kafir Quraisy hingga menewaskannya. Kemaluannya ditusuk dengan tombak hingga tembus ke perutnya dan menjadi wanita yang syahid pertama kali dalam sejarah Islam.
Yasir sendiri pun juga disiksa habis-habisan hingga beliau radhiyallahu ‘anhu wafat karena beratnya siksa yang diterima. Sedangkan Ammar anak mereka melihat ibunya dibunuh di depannya begitu juga dengan ayahnya, sedangkan dia terus disiksa dengan sangat hebat dengan terus diintimidasi dan diminta menghinda Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan Ammar pun menghina Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam karena sangat tidak tahan terhadap siksaan lahir dan batin yang diterimanya. Kaum Quraisy pun melepaskannya sambil tertawa terbahak-bahak, lantas Ammar menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sambil menangis pilu bahwa dia telah menghina Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Maka tentang masalah Ammar bin Yassir, Allah terangkan dalam Q.S An-Nahl: 106 (artinya), “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pun memakluminya dan meminta Ammar melakukan hal itu lagi tidak mengapa jikalau memang siksaan itu benar-benar terasa berat baginya, namun iman harus tetap ditancapkan dalam hatinya. Saat itu Islam memang sangat lemah, tidak memiliki pasukan yang kuat untuk membalas serangan mereka, perang pun tidak diperintahkan bahkan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak memperkenankan para sahabatnya melawan. Melihat perlakuan Kafir Quraisy, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam hanya bisa berkata, “Sabar, sabar wahai keluarga Yassir, syurga menanti kalian.”
Intimidasi dan tekanan hebat juga dialami oleh sahabat Bilal bin Rabbah, budak hitam dari Habasyah (yang saat ini dikenal dengan nama negara Ethiopia). Bilal disiksa dengan amat keji oleh tuannya. Tubuhnya yang hitam legam dan badannya yang kekar dan kuat diletakkan di atas batu besar di tengah-tengah padang pasir, setelah itu dengan telanjang dada di atasnya ditimpa pula batu besar, namun Bilal tetap dalam pendiriannya dan hanya mampu mengatakan, “Ahad....Ahad”. Bilal juga pernah diberikan tali kekang yang diikatkan pada lehernya, tali ikatan lehernya kemudian diserahkan oleh Kaum Kafir Quraisy kepada anak-anak kecil untuk dijadikan mainan diseret kesana dan kemari, Bilal hanya mampu mengatakan “Ahad...Ahad.” Melihat hal itu, Abu Bakar yang saat itu kaya raya merasa iba dengan Bilal dan juga merasa tertegun dengan kekuatan imannya. Akhirnya Abu Bakar pun membeli Bilal dengan harga yang sangat tinggi kemudian dimerdekakannya.
Khubbab merupakan seorang budak belian yang juga disiksa dengan beragam siksaan. Tubuhnya pernah dijebit oleh besi kemudian dibakar hingga punggungnya terkelupas meninggalkan bekas-bekas luka bakar yang cukup parah. Kemudian saat tenangnya dari siksaan Khubab lari menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan menanyakan kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasul, mengapa engkau tidak berdoa saja kepada Allah untuk keselamatan kita?” Lantas Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memberikan pendidikan yang luar biasa, pendidikan mental agar Kaum Muslimin tetap kuat dan tidak cengeng. Beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hai Khubab, engkau belum ada apa-apanya. Umat terdahulu disiksa dengan digergaji tubuhnya hingga tubuhnya terbelah dua, dan siksaan itu tidak merubah ketetapan iman mereka. Ada pula dari umat terdahulu yang disisir kulitnya dengan besi panas sehingga terkelupas dan menimbulkan bekas luka dalam yang sampai urat-urat mereka terlihat, pun tidak merubah keimanan mereka. Demi Allah, aku berjanji bahwa Islam pasti menang, Islam pasti menguasai dunia ini, hanya engkau terburu-buru wahai Khubab.”
Bukan dari kalangan budak saja yang mendapatkan siksaan yang luar biasa, para tokoh masyarakat dan orang-orang kaya pun tidak luput dari hinaan dan tekanan walaupun tidak separah kalangan budak. Abu Bakar As-Siddiq, pernah dikeroyok dan dipukuli oleh orang-orang kafir Quriasy beramai-ramai hingga tidak jelas mana hidungnya dan mana wajahnya. Begitu rusaknya wajah beliau saat itu, hingga orang-orang mengira Abu Bakar akan meninggal. Kaumnya bersumpah bahwa bila sampai Abu Bakar wafat, maka akan menuntut balas dengan mengerahkan pasukan untuk menyerang pembunuhnya.
Abu Dzar Al-Ghifari, seorang Arab dari suku Ghifar penasaran mendengan ada nabi di Kota Mekah. Beliau radhiyallahu ‘anhu pun menuju Kota Mekah dan menyelidiki serta mencari dimana dan siapa Nabi itu. Beliau berinisiatif tinggal di Masjidil Haram, namun sebulan lamanya Abu Dzar al-Ghifari belum dapat memastikan mana nabi yang dimaksud. Beliau pun tidak berani bertanya karena situasi memang benar-benar sensitif dan genting bila menanyakan masalah ideologi saat itu.
Ali bin Abi Thalib ternyata mengawasi keberadaan orang asing tersebut yang tinggal di Masjidil Haram, ternyata sudah sebulan lamanya Abu Dzar tinggal di Masjidil Haram. Lantas Ali bin Abi Thalib bertanya kepada Abu Dzar, “Anda siapa dan ada keperluan apa, sudah lama saya lihat Anda berada di sini padahal Anda bukan orang asli sini.” Abu Dzar yang melihat keteduhan wajah Ali bin Abi Thalib dan perbedaan wajah dengan orang kebanyakan pun berani mengatakan maksudnya, “Saya dengar di kota ini ada yang mengaku nabi, saya ingin tahu siapa nabi tersebut dan ingin menemuinya.” Lantas Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Baiklah, ikuti saya dengan berjalan di belakang saya.”
Setelah sampai di rumah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam maka Abu Dzar pun berdialog lama dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan masuk ke dalam Islam. Setelah itu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepada Abu Dzar, “Engkau selama sebulan di Masjidil Haram itu makan apa?” Lantas dijawab, “Saya tidak makan apapun kecuali minum air zam-zam saja, namun saya merasa bahwa tubuh saya makin sehat dan nyaman.” Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Benar, zam-zam adalah air yang diberkahi, air yang mengenyangkan dan menyehatkan.”
Adapula Shabat bernama Mus’ab bin Umair. Sahabat ini sangat kaya, dari anaknya orang kaya dan hidup mewah serta berkecukupan. Kulitnya putih bersih, rambutnya klimis, namun setelah beriman dan masuk ke dalam Islam, sahabat Mus’ab dikucilkan dihinakan hingga kemiskinan menderanya, kulitnya kasar bagaikan sisik ular (ngapal, jw:red), rambutnya kusut, tidak pernah merasakan nikmatnya makan enak kembali di dunia setelah beriman. Hingga saat maut menjemput di palagan Uhud kepalanya terpisah dari badannya, lantas kemudian dimakamkan Kaum Muslimin pun saat itu kekuarangan kain untuk menutup jasad Mus’ab. Bila ditutup kepalanya, kakinya kelihatan. Bila ditutup kakinya, kepalanya kelihatan, hingga Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan menutup kepalanya saja, dan kakinya ditutup dengan dedaunan. Saat setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam wafat, penaklukan-penaklukan terjadi, negeri-negeri Muslim kian luas dan ghanimah, kharaj, fai’, jizyah begitu banyaknya hingga kaum Muslimin pun kaya raya. Di saat itu sahabat teringat Mus’ab, mereka mengatakan, “Aduhai celaka, boleh jadi kenikmatan ini kita nikmati semua tuntas di dunia dan di akherat tidak dapat apapun, bagaimana dahulu Mus’an kaya raya seperti ini setelah beriman dia miskin dan belum sempat merasakan kenikmatan seperti ini, sampai mati pun dia merasakan kemiskinan itu.”

Itulah sekelumit rangkuman dari kajian yang dapat diambil dan dituliskan kembali secuil kisah dari rentetan siksaan, tekanan, intimidasi, penghinaan dan sebagainya yang dilakukan Kaum Kafir Quraisy terhadap Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan Kaum Muslimin (para sahabat) yang teguh memegang syariat Islam dan beserta keyakinannya. Semoga dapat menjadi pelajaran yang dapat kita ambil dan kita terapkan di dalam kehidupan kita sehari-hari.

Malang,  21 Rajab 1438 / 17 April 2017
ARNANDA AJISAPUTRA, SE., ME.
 
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Kolom Komentar

Livechat