INTIMIDASI KAUM QURAISY TERHADAP RASULULLAH SHALALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM DAN KAUM MUSLIMIN (PARA SAHABAT) DI ERA SEBELUM HIJRAH
GANGGUAN-GANGGUAN
KAUM MUSLIMIN TATKALA DI MAKKAH
Rangkuman
Kajian Sirrah Nabawiyah oleh Ust. Abdullah S. Hadhromi di Masjid Abdullah
Perumahan Permata Jingga Kota Malang. Pada
21 Rajab 1438H/17 April 2017
Segala
Puji Bagi Allah, semoga Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad beserta seluruh keluarga dan para sahabatnya. Amma Ba’d.
Kaum
Muslimin tatkala berada di Mekkah saat awal mula kerasulan sangat susah. Kaum
Muslimin tak luput juga Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam
mendapatkan gangguan yang luar biasa dari kaum Kafir Quraisy.
Gangguan
yang pernah diterima Rasulullah adalah suatu penghinaan yang luar biasa yang
pernah dilakukan salah seorang Kafir Quraisy, adalah salah seorang anak Abu
Lahab yang berusaha meludahi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam
namun ludahnya oleh Allah tidak diperkenankan mengenai tubuh beliau. Penghinaan
yang keterlaluan ini lalu dibalas oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam dengan doa Rasulullah kepada Allah ‘Ajja wa Jalla dengan
kebinasaan berupa terkaman binatang buas atau dimangsa oleh anjing-anjing. Doa
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dikabulkan Allah, berselang beberapa lamanya
maka anak Abu Lahab ini pun langsung mati karena serangan anjing-anjing yang
ada di Makkah saat itu.
Intimidasi
juga dilakukan Kaum Kafir Quraisy berupa ancaman pembunuhan. Beberapa pemuda
pernah bersumpah di hadapan berhala-berhala mereka dengan menyebut-nyebutnya
Latta, Uzza, Manat dan yang lainnya. Mereka bersumpah bila melihat Muhammad Shalallahu
‘alaihi wa sallam datang ke Masjidil Haram, maka mereka akan membantai Rasulullah
Salalallhu ‘alaihi wa sallam secara bersama-sama sehingga masyarakat
akan kesulitan mencari pelaku pembantaiannya. Rencana mereka didengan oleh
Fatimah Az-Zahra radhiyallu ‘anha puteri beliau Shalallahu ‘alaihi wa
sallam yang saat itu masih kecil. Fatimah yang mendapatkan syok terapi
hebat dari kaum Quraisy menceritakan kepada ayahnya rencana mereka akan
membunuh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam pun menenangkan Fathimah dan mengatakan bahwa diri beliau
shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak takut, maka Rasulullah meminta
Fatimah juga tidak takut dengan mereka.
Rasulullah
pun mendatangi mereka, lantas setelah bertemu dengan mereka Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapakah yang tadi mengatakan akan membunuh
saya, siapa?” mereka pun semua menunduk tidak berani mengangkat kepalanya,
terdiam seribu bahasa. Mu’jizat Allah Ta’ala membuat mereka tidak mampu
lagi melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bahkan
melangsungkan rencananya, padahal mereka sudah bersumpah di hadapan berhala
mereka. Melihat mereka diam seribu bahasa, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam melemparkan pasir ke arah wajah-wajah mereka lantas mengatakan, “Buruklah
muka kalian semua!” Mereka yang terkena lemparan pasir dari Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam lantas membekas dan menjadikan takdir mereka mati terhina
pada saat perang Badar berlangsung.
Diriwayatkan
oleh Imam Ahmad bin Hambal, bahwa intimidasi dan gangguang yang diterima
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga berupa pemukulan secara
beramai-ramai oleh masyarakat suku (kafir) Quraisy. Mendapatkan perlakuan
demikian Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengasingkan diri dan
bersedih, beliau Shalalallahu ‘alaihi wa sallam tidak memikirkan dirinya
sendiri yang saat itu kesakitan, namun beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam
memikirkan umatnya. Beliau bersedih melihat kaumnya tidak mau diajak masuk ke
dalam syurga dan kenikmatan abadi, itu yang beliau sedihkan.
Melihat
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersedih, lantas Allah Ta’ala
mengutus malaikat Jibril mendatangi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam. Malaikat Jibril ‘alaihi wa sallam menanyakan mengapa
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersedih, lantas beliau
menceritakan apa yang baru saja terjadi. Malaikat Jibril pun menawarkan sesuatu
kepada Beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam berupa kekuasaan Allah Ta’ala
yang dapat menghibur beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa sallam pun senang dan mengiyakannya.
Kemudian
malaikat Jibril mengatakan, “Wahai Muhammad (Shalallahu ‘alaihi wa sallam),
cobalah kau panggil pohon itu kemari”. Lantas Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wa sallam pun memanggil pohon itu dengan isyarat tangan, pohon itu pun
berjalan mendekati beliau sampai dekat sekali ke hadapan beliau. Lantas oleh
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam diminta kembali ketempat semula,
dan pohon itu pun kembali tepat ke tempatnya semula. Melihat ini Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam sangat senang dan terhibur seraya mengatakan, “Cukup,
cukup wahai Jibril.”
Intimidasi
kepada Para Sahabat Rasul radhiyallahu ‘anhum
Sahabat-sahabat
Rasululllah Shalallahu ‘alaihi wa sallam tidak luput dari siksaan,
tekanan, dan gangguan yang dilakukan oleh para pembenci Islam saat itu. Gangguan
paling dahsyat adalah dari kalangan orang-orang miskin dan para budak.
Ali
Yasir (Kaluarga Yasir) merupakan keluarga budak dan bukan asli bangsa Quraisy,
setelah mereka semua mengimani apa yang disampaikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wa sallam dan masuk ke dalam Islam, mereka bertambah dihinakan dan sangat
dihinakan. Siksaan bertubi-tubi dilakukan kepada mereka. Ibu Ammar bin Yassir
bernama Sumayyah pun tidak luput dari pelecehan yang dilakukan Kafir Quraisy hingga
menewaskannya. Kemaluannya ditusuk dengan tombak hingga tembus ke perutnya dan
menjadi wanita yang syahid pertama kali dalam sejarah Islam.
Yasir
sendiri pun juga disiksa habis-habisan hingga beliau radhiyallahu ‘anhu
wafat karena beratnya siksa yang diterima. Sedangkan Ammar anak mereka melihat
ibunya dibunuh di depannya begitu juga dengan ayahnya, sedangkan dia terus
disiksa dengan sangat hebat dengan terus diintimidasi dan diminta menghinda Rasulullah
Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, dan Ammar pun menghina Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa sallam karena sangat tidak tahan terhadap siksaan
lahir dan batin yang diterimanya. Kaum Quraisy pun melepaskannya sambil tertawa
terbahak-bahak, lantas Ammar menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam
sambil menangis pilu bahwa dia telah menghina Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wa sallam. Maka tentang masalah Ammar bin Yassir, Allah terangkan dalam Q.S
An-Nahl: 106 (artinya), “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia
beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir
padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi
orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya
dan baginya azab yang besar.”
Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wa sallam pun memakluminya dan meminta Ammar
melakukan hal itu lagi tidak mengapa jikalau memang siksaan itu benar-benar
terasa berat baginya, namun iman harus tetap ditancapkan dalam hatinya. Saat
itu Islam memang sangat lemah, tidak memiliki pasukan yang kuat untuk membalas
serangan mereka, perang pun tidak diperintahkan bahkan Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam tidak memperkenankan para sahabatnya melawan. Melihat
perlakuan Kafir Quraisy, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam hanya
bisa berkata, “Sabar, sabar wahai keluarga Yassir, syurga menanti kalian.”
Intimidasi
dan tekanan hebat juga dialami oleh sahabat Bilal bin Rabbah, budak hitam dari
Habasyah (yang saat ini dikenal dengan nama negara Ethiopia). Bilal disiksa
dengan amat keji oleh tuannya. Tubuhnya yang hitam legam dan badannya yang
kekar dan kuat diletakkan di atas batu besar di tengah-tengah padang pasir,
setelah itu dengan telanjang dada di atasnya ditimpa pula batu besar, namun
Bilal tetap dalam pendiriannya dan hanya mampu mengatakan, “Ahad....Ahad”.
Bilal juga pernah diberikan tali kekang yang diikatkan pada lehernya, tali
ikatan lehernya kemudian diserahkan oleh Kaum Kafir Quraisy kepada anak-anak
kecil untuk dijadikan mainan diseret kesana dan kemari, Bilal hanya mampu mengatakan
“Ahad...Ahad.” Melihat hal itu, Abu Bakar yang saat itu kaya raya merasa iba
dengan Bilal dan juga merasa tertegun dengan kekuatan imannya. Akhirnya Abu
Bakar pun membeli Bilal dengan harga yang sangat tinggi kemudian
dimerdekakannya.
Khubbab
merupakan seorang budak belian yang juga disiksa dengan beragam siksaan.
Tubuhnya pernah dijebit oleh besi kemudian dibakar hingga punggungnya
terkelupas meninggalkan bekas-bekas luka bakar yang cukup parah. Kemudian saat
tenangnya dari siksaan Khubab lari menemui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam dan menanyakan kepada
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam, “Wahai Rasul, mengapa
engkau tidak berdoa saja kepada Allah untuk keselamatan kita?” Lantas
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa
sallam memberikan pendidikan yang
luar biasa, pendidikan mental agar Kaum Muslimin tetap kuat dan tidak cengeng.
Beliau Shalallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Hai Khubab,
engkau belum ada apa-apanya. Umat terdahulu disiksa dengan digergaji tubuhnya
hingga tubuhnya terbelah dua, dan siksaan itu tidak merubah ketetapan iman
mereka. Ada pula dari umat terdahulu yang disisir kulitnya dengan besi panas
sehingga terkelupas dan menimbulkan bekas luka dalam yang sampai urat-urat
mereka terlihat, pun tidak merubah keimanan mereka. Demi Allah, aku berjanji
bahwa Islam pasti menang, Islam pasti menguasai dunia ini, hanya engkau terburu-buru
wahai Khubab.”
Bukan dari kalangan budak saja yang mendapatkan
siksaan yang luar biasa, para tokoh masyarakat dan orang-orang kaya pun tidak
luput dari hinaan dan tekanan walaupun tidak separah kalangan budak. Abu Bakar
As-Siddiq, pernah dikeroyok dan dipukuli oleh orang-orang kafir Quriasy
beramai-ramai hingga tidak jelas mana hidungnya dan mana wajahnya. Begitu
rusaknya wajah beliau saat itu, hingga orang-orang mengira Abu Bakar akan
meninggal. Kaumnya bersumpah bahwa bila sampai Abu Bakar wafat, maka akan
menuntut balas dengan mengerahkan pasukan untuk menyerang pembunuhnya.
Abu Dzar Al-Ghifari, seorang Arab dari suku Ghifar
penasaran mendengan ada nabi di Kota Mekah. Beliau radhiyallahu ‘anhu pun menuju Kota Mekah dan menyelidiki serta mencari
dimana dan siapa Nabi itu. Beliau berinisiatif tinggal di Masjidil Haram, namun
sebulan lamanya Abu Dzar al-Ghifari belum dapat memastikan mana nabi yang
dimaksud. Beliau pun tidak berani bertanya karena situasi memang benar-benar
sensitif dan genting bila menanyakan masalah ideologi saat itu.
Ali bin Abi Thalib ternyata mengawasi keberadaan
orang asing tersebut yang tinggal di Masjidil Haram, ternyata sudah sebulan
lamanya Abu Dzar tinggal di Masjidil Haram. Lantas Ali bin Abi Thalib bertanya
kepada Abu Dzar, “Anda siapa dan ada keperluan apa, sudah lama saya lihat Anda
berada di sini padahal Anda bukan orang asli sini.” Abu Dzar yang melihat
keteduhan wajah Ali bin Abi Thalib dan perbedaan wajah dengan orang kebanyakan
pun berani mengatakan maksudnya, “Saya dengar di kota ini ada yang mengaku
nabi, saya ingin tahu siapa nabi tersebut dan ingin menemuinya.” Lantas Ali bin
Abi Thalib radhiyallahu
‘anhu mengatakan,
“Baiklah, ikuti saya dengan berjalan di belakang saya.”
Setelah sampai di rumah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wa sallam maka Abu
Dzar pun berdialog lama dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan masuk ke dalam Islam. Setelah itu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wa sallam bertanya
kepada Abu Dzar, “Engkau selama sebulan di Masjidil Haram itu makan apa?” Lantas
dijawab, “Saya tidak makan apapun kecuali minum air zam-zam saja, namun saya
merasa bahwa tubuh saya makin sehat dan nyaman.” Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi
wa sallam pun
bersabda, “Benar, zam-zam adalah air yang diberkahi, air yang mengenyangkan dan
menyehatkan.”
Adapula Shabat bernama Mus’ab bin Umair. Sahabat
ini sangat kaya, dari anaknya orang kaya dan hidup mewah serta berkecukupan.
Kulitnya putih bersih, rambutnya klimis, namun setelah beriman dan masuk ke
dalam Islam, sahabat Mus’ab dikucilkan dihinakan hingga kemiskinan menderanya,
kulitnya kasar bagaikan sisik ular (ngapal, jw:red), rambutnya kusut, tidak pernah merasakan nikmatnya makan enak
kembali di dunia setelah beriman. Hingga saat maut menjemput di palagan Uhud
kepalanya terpisah dari badannya, lantas kemudian dimakamkan Kaum Muslimin pun
saat itu kekuarangan kain untuk menutup jasad Mus’ab. Bila ditutup kepalanya,
kakinya kelihatan. Bila ditutup kakinya, kepalanya kelihatan, hingga Rasulullah
Shalallahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan menutup kepalanya saja, dan kakinya ditutup dengan
dedaunan. Saat setelah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam wafat, penaklukan-penaklukan terjadi, negeri-negeri
Muslim kian luas dan ghanimah, kharaj, fai’, jizyah begitu banyaknya hingga kaum Muslimin pun kaya
raya. Di saat itu sahabat teringat Mus’ab, mereka mengatakan, “Aduhai celaka,
boleh jadi kenikmatan ini kita nikmati semua tuntas di dunia dan di akherat
tidak dapat apapun, bagaimana dahulu Mus’an kaya raya seperti ini setelah
beriman dia miskin dan belum sempat merasakan kenikmatan seperti ini, sampai
mati pun dia merasakan kemiskinan itu.”
Itulah sekelumit rangkuman dari kajian yang dapat
diambil dan dituliskan kembali secuil kisah dari rentetan siksaan, tekanan,
intimidasi, penghinaan dan sebagainya yang dilakukan Kaum Kafir Quraisy
terhadap Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dan Kaum Muslimin (para sahabat) yang teguh
memegang syariat Islam dan beserta keyakinannya. Semoga dapat menjadi pelajaran
yang dapat kita ambil dan kita terapkan di dalam kehidupan kita sehari-hari.
Malang, 21
Rajab 1438 / 17 April 2017
ARNANDA AJISAPUTRA, SE., ME.
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar