WISATA MANFAAT

Menuangkan informasi tentang kepariwisataan Indonesia yang kaya akan keragaman alam dan budaya. Turut pula memberikan kemudahan dalam melayani customer wisata (tourist) baik domestik maupun internasional untuk welcome (datang) ke Indonesia. Dimulai dari Malang Raya menyebar hingga Nusantara

Kamis, 25 Agustus 2016

GUNUNG LEGENDARIS DI JAWA TIMUR – INDONESIA

GUNUNG LEGENDARIS DI JAWA TIMUR – INDONESIA


Adalah Gunung Bromo, dikatakan Gunung Berapi legendaris di Propinsi Jawa Timur. Terletak di Pegunungan Tengger khususnya di tengah kaledra pegunungan Tengger yang dahulu konon diprediksi sebagai gunung berapi terbesar Se Pulau Jawa dan kedua di Indonesia setelah Gunung Tambora. Kemudian terjadi letuan dahsyat dan membentuk kaledra super besar dengan gurun pasir di tengahnya.
Dalam Wikipedia Indonesia dijelaskan bahwa Gunung Bromo berasal dari kata Gunung Brahma[1], dimana Brahma dalam agama Hindu adalah salah satu tokoh yang diutamakan. Dinamakan secara ke-Hinduan karena gunung ini dikenal sejak jaman Majapahit sebagai gunung yang cukup fantastis dan memiliki nilai keindahan tersendiri. Selain itu, sejak Majapahit diserang oleh kerajaan Demak dan hancur karena tidak bisa mempertahankan serangan, juga banyak sekali pemberontakan pada internal kerajaanNya, banyak masyarakat Majapahit yang lari di kedua arah. Pelarian pertama ke arah Bali, dimana mereka banyak aliran Hindu Dharma, sedangkan arah kedua adalah ke Pegunungan Tengger, dimana mereka adalah Hindu dengan aliran Dharma yang moderat, artinya mereka fleksibel dalam menerima ajaran Budha yang saat itu juga agama resmi negara. Sedangkan ada sebagian kecil masyarakat beragama Budha Jawa (Alkulturasi Hindu dan Budha) yang lari ke wilayah Ngadas.
Karena Islam tidak membolehkan mengejar mereka yang lari, akhirnya mereka diberikan kebebasan untuk membentuk koloni dan budaya serta bahasa sendiri. Kemudian mereka membuat sebuah tradisi dan kepercayaan tersendiri terkait dengan Gunung Bromo, padahal sebelumnya, gunung yang mereka kenal adalah Gunung Semeru karena cukup tinggi dan sangat dahsyat letusan serta fenomenanya. Maka mereka kenal Gunung Semeru sebagai Gunung Para Dewa, namun setelah mereka lebih dekat kepada Gunung Bromo dan mengenalnya, mereka menyebut Gunung Bromo sebagai Saudara Gunung Semeru.
Gunung Bromo merupakan salah satu Gunung Aktif di Indoensia dengan ketinggian 2.329 mdpl. Gunung ini berada dalam kawasan dan pengawasan Pegunungan Tengger yang sekarang lebih dikenal sebagai kawasan Taman Nasional Bromo, Tengger, Semeru (TNBTS). Dimana kawasan ini tidak asing lagi bagi para wisatawan baik domestik maupun manca negara.
Gunung Bromo memiliki sebuah kawah yang aktif dan mengepulkan asapnya, diameter kawah Gunung Bromo selebar kurang lebih 800 meter (diukur dari arah Utara – Selatan) dan kurang lebih 600 meter (diukur dari arah Timur – Barat). Gunung Bromo mempunyai daerah bahaya dengan lingkaran selebar kurang lebih 4 KM2. Sebelum tahun 2005 Kawah Gunung Bromo memiliki genangan air yang sangat mendidih dengan kandungan sulfur yang sangat tinggi. Semenjak letusan tahun 2005 air tersebut tersemburat keluar dari kawah kepundan hingga akhirnya kawah Gunung Bromo tidak lagi memiliki air dan yang tersisa hanyalah kawah berbentuk sumur yang terus mengeluarkan asap belerang.
Gunung Bromo sangat terkenal hingga mancanegara, wisatawan domestik pun tidak kalah banyak dengan mancanegara. Untuk naik ke puncak Gunung Bromo tidak perlu memiliki keterampilan khusus pendakian dan bisa didaki oleh siapapun baik dia profesional dalam mendaki gunung (hiking) maupun masih amatir. Fihak TNBTS dan masyarakat sudah menyediakan anak tangga sekitar kurang lebih seribu anak tangga untuk mencapai puncak, dan disediakan tempat istirahat bagi mereka yang akan beristirahat di tengah-tengah tangga. Juga disediakan tempat untuk pedagang yang memperjualbelikan minuman dan makanan ringan, namun dengan harga yang cukup mahal dari tempat lainnya. Harga yang mahal ini tentu tidak ada apa-apanya dibandingkan keindahan yang didapatkan di Gunung Bromo maupun capeknya memanggul barang dagangan ke kawasan lereng gunung.
Di sebelah Gunung Bromo, terdapat gunung yang menjulang dan tidak memiliki kawah. Gunung ini dinamakan oleh masyarakat Tengger dengan nama Gunung Bathok. Gunung ini tidak dinamakan sebagai nama para Dewa mereka sebagaimana Bromo dan Semeru (Mahameru), namanya pun terkesan jauh dari kisah pewayangan dan dari kisah mitos para dewa. Karena Gunung Bathok tidak memiliki kawah, tampak hijau dan tidak seseram Bromo bila dipandang. Secara mitos pun Gunung Bathok dikatakan terlahir jauh setelah Gunung Bromo terbentuk, walau tentu Allah-lah yang lebih mengetahuinya.

Legenda Gunung Bromo dan Nama-nama yang Terkait
Gunung Bromo dikatakan sebagai salah satu Gunung Legendaris di Indonesia khususnya di Jawa Timur karena banyak nama-nama yang didapatkan dari bagian gunung ini atau masyarakatnya adalah nama dari kisah cerita/mitos yang sering disampaikan leluhur mereka semenjak dahulu kala.  
Legenda Nama Tengger pada Masyarakat Kawasan Gunung Bromo
Masyarakat sekitar Gunung Bromo membentuk suku tersendiri dengan nama Suku Tengger, mereka memiliki kebudayaan, bahasa dan tradisi tersendiri yang terlepas dari Suku Jawa, walaupun mereka mengenal dan bisa berbahasa Jawa.
Tengger, berasal dari dua kata yang terpisan yaitu Teng dan Ger. Kata ini berasal dari Rara Anteng (dibaca Roro Anteng) yang berarti anak perempuan yang tenang karena saat lahir bayi Rara Anteng tidak menangis sama sekali dan Jaka Seger (dibaca Joko Seger) yang berarti lelaki yang perkasa, sebab tatkala lahir dari rahim ibunya badannya kekar perkasa dan tangisannya sangat kuat. Kedua orang inilah yang diklaim oleh masyarakat sebagai penduduk pertama yang menurunkan keturunan orang-orang Tengger saat ini. Walaupun tidak ada bukti konkrit adanya keberadaan situs Rara Anteng dan Jaka Seger, baik berupa kuburan, candi, artefak, maupun prasasti yang tertulis, namun kisah ini menjadi sangat dikenal dan legendaris di Indonesia.

Legenda Terbentuknya Kaledra Pegunungan Tengger (Lautan Pasir)
Legenda yang beredar di masyarakat pun banyak variasinya, namun yang termasyhur adalah kisah cinta antara Rara Anteng dan Jaka Seger yang kemudian membentuk nama-nama tempat dan legenda wilayah di kawasan Gunung Bromo.
Tersebutlah dua insan bernama Rara Anteng yang sangat cantik jelita mulai tumbuh subur di usia balighnya, banyak lelaki yang melamarnya namun Rara Anteng pun belum berkenan menerima para pelamarnya. Datanglah Jaka Seger untuk melamar Rara Anteng, karena dikisahkan bahwa Jaka Seger adalah anak seorang Brahmana yang cukup disegani maka dia pun mencoba melamar Rara Anteng.
Belum sempat Rara Anteng menjawab lamaran Jaka Seger, datanglah raksasa yang turut melamar Rara Anteng. Rara Anteng pun berfikir sejenak untuk menolak lamaran raksasa yang terkenal jahat ini, penolakan yang tidak terkesan menolak namun membuat raksasa pergi untuk selamanya. Akhirnya Rara Anteng mengajukan syarat khusus, dia bersedia untuk menerima lamaran raksasa dengan syarat Si Raksasa harus membuat kolam besar untuk mandi suci para putri masyarakat Tengger dan Majapahit secara keseluruhan, kolam tersebut harus mengitari Gunung Brahma dengan luas yang sama pula dengan besarnya gunung Brahma. Namun kolam itu harus selesai dibuat hanya dalam waktu satu malam, yaitu pada saat matahari terbenam pada hari itu hingga terbit fajar keesokan harinya
Syarat pun dilaksanakan oleh Raksasa. Karena kesaktiannya, pada tengah malam kolam itu sudah hampir jadi. Raksasa hanya mengeruk dengan semangkuk Bathok (tempurung) Kelapa raksasa, hanya dalam waktu setengah malam kolam itu pun sudah hampir siap. Tingga pinggir-pinggirnya dan pengisian dengan air suci. Melihat kemajuan yang pesat dari proyek kolam pemandian suci para putri Majapahit, maka Rara Anteng pun membuat akal busuk kepada raksasa itu. Dia kumpulkan seluruh wanita Tengger untuk membakar kayu, jerami, serta apapun yang dapat dibakar dari arah Sebelah Timur. Hingga dibakarlah semua bahan bakar dengan nyala api yang sangat terang benderang, alu dipukulkan ke lumpang, dan ayam pun berkokok seakan fajar telah menyingsing.
Sayang saat itu belum ada arloji, sehingga sang raksasa dengan mudahnya terpancing situasi dan menganggap bahwa saat itu adalah benar-benar fajar telah terbit. Dia pun dengan sangat marah meninggalkan proyeknya begitu saja dan melempar Bathok Kelapa yang dia gunakan untuk menggali kolam. Walhasil Bathok kelapa itu pun lama-lama ditumbuhi tanaman vegetasi dan jadilah dia seperti bukit (padahal bukit betulan itu, komposisinya bukan Bathok Kelapa kok ^-^ ). Bukit tersebut hingga kini diberi nama Bukit Bathok atau masyarakat sering menamakan sebagai Gunung Bathok.

Legenda Asal Mula Yadnya Kasada
Rara Anteng dan Jaka Seger mengarungi bahtera rumah tangga, sekian lama belum juga diberikan keturunan. Keyakinan Animisme dan Dinamisme saat itu menyatakan bahwa mereka harus melakukan semedhi. Dikisahkan dalam mitosnya, bahwa semedi Jaka Seger pun diijabahi, mereka akan mendapatkan 25 orang anak dengan prasyarat yang sangat berat yaitu mengorbankan anak bungsunya.
Lahirlah anak-anak dari rahim Rara Anteng dengan lancar hingga anak ke-24. Sampailah masa, kemudian Rara Anteng pun diberikan anak terakhir yaitu ke-25. Tetapi namanya orang tua, mereka pun berniat mangkir dari niatannya untuk mengorbankan nyawa anak ke-25 nya. Akhirnya muncullah suara menggelegar dari Kawah Bromo dan jilatan apinya memakan anak ke-25 nya hingga dia terbawa dan masuk ke dalam kawah Bromo.
Dari kisah ini, Jaka Seger dan Rara Anteng “bertaubat” dan berjanji untuk memberikan terus sesaji pada tiap akhir tahun. Dimana dalam masyarakat Tengger akhir Tahun adalah pada Bulan Kasada. Maka sampai saat ini acara Kasada ini menjadi rutinitas tiap tahun yang “memaksa setiap penduduk Tengger” walaupun mereka sudah mualaf dan seharusnya meninggalkan tradisi itu.
Tentu sebagai seorang Muslim, kita tidak diperkenankan meyakini legenda yang bersifat mitos tersebut. Adapun penamaan Tengger tidak dikaitkan dengan Rara Anteng dan Jaka Seger, namun asal kata Tengger sebenarnya berasal dari Tetengger yang artinya tempat tinggal. Bila pun ada sosok yang bernama Rara Anteng dan Jaka Seger, itu hanyalah simbol masyarakat yang ingin tempat tinggalnya tenang dan subur.
Adapun lautan pasir, Gunung Bathok, Semeru dan juga bukit-bukit Teletubbies merupakan ciptaan Allah Ta’ala. Dimana tiada seorangpun yang mengetahui bagaimana proses terbentuknya karena mereka diciptakan jauh hari sebelum manusia diturunkan ke Bumi. Adapun upacara Kasada, adalah upacara yang dimiliki agama selain Islam dimana umat Islam tidak diperkenankan mengikutinya karena sudah memasuki ranah keyakinan, pun demikian tidak juga diperkenankan untuk menontonnya. Namun tidak pula diperkenankan untuk mengganggu mereka karena akan berdampak lebih besar kerusakaannya, biarlah Allah yang menangani mereka. Karena pengorbanan/sesuguhan bumi yang diterjunkan di kawah Gunung Bromo itu bukanlah terkait dengan anak Rara Anteng dan Jaka Seger yang diminta dewa, melainkan memang itu tradisi mereka semenjak dahulu dimana hasil bumi dibuang ke tempat-tempat yang mereka keramatkan dengan mitos yang mereka buat. Seperti Laut Selatan, Gunung Bromo, Larung Sungai Brantas, dan sebagainya.
Sehingga bila kita ingin berwisata, niatkan wisata untuk tadzabbur alam atau merenungkan betapa kuasa Allah menciptakan segalanya dengan sempurna tanpa sia-sia. Sehingga kita bisa mensyukuri bagaimana nikmatnya ber-Islam sedangkan mereka yang belum diberi hidayah begitu berat terasa oleh mereka apa yang harus mereka pikul bebannya di dunia maupun akherat. Allahu a’lam.



[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Bromo
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami

0 komentar:

Posting Komentar

Kolom Komentar

Livechat