PESONA PEGUNUNGAN TENGGER
Pegunungan Bromo dilihat dari Bibir Kawah Pegunungan Tengger |
Pegunungan
Tengger merupakan salah satu keunikan dan kebesaran ciptaan Allah Subhanahu
wa Ta’ala yang patut kita renungkan ayat-ayatnya. Sebelum kita masuk kepada
gunung-gunung yang ada di Pegunungan Tengger (Tengger Plateau) dan membahas
tentang keindahannya, ada baiknya kita simak dahulu tentang letak geografis,
astronomis dan sejarah yang ada di Pegunungan Tengger.
Pada
dasarnya, lokasi wilayah pegunungan Tengger dihuni oleh masyarakat bersuku
Tengger di Pulau Jawa Propinsi Jawa Timur. Mereka memiliki bahasa, keyakinan
dan budaya tersendiri, terdiri atas dua klan yang berbeda, yaitu klan suku
Tengger di wilayah Probolinggo dan klan Suku Ngadas di wilayah Tumpang
Kabupaten Malang. Walau keduanya berbeda keyakinan, namun memiliki historis
yang sama. Di Indonesia suku yang lebih dikenal dalam dunia wisata domestik
maupun internasional adalah Suku Tengger, sedangkan Suku Ngadas cukup
terpinggirkan, karena mereka menempati wilayah jalur transportasi yang cukup ekstrem
untuk masuk ke wilayah Gunung Bromo dan Semeru.
Masyarakat
adat Tengger menempati wilayah ketinggian antara 1.000 s.d 3676 mdpl. Wilayah
ini cukup dingin dan dihuni oleh kawasan flora sama dengan kawasan negara
subtropic, yaitu dari jenis kalangan pinus dan cemara. Secara astronomis,
kawasan Tengger terletak antara 7054’ – 8013’ LS dan garis bujur 112051’ –
113004’ BT. Pegunungan Tengger merupakan salah satu pegunungan di Indonesia
yang diklaim menjadi salah satu wilayah pegunungan terluas di Indonesia. Termasuk
pegunungan yang memiliki rangkaian gunung berapi aktif (Bromo dan Semeru)
ditambah adanya lautan pasir, persis sama dengan gurun Sahara. Satu-satunya gurun
pasir terluas di Indonesia.
Diyakini,
bahwa Pegunungan Tengger dahulu merupakan sebuah gunung aktif yang sangat
besar, kemudian meletus dengan sangat dahsyat membentuk sebuah kaledra besar
yang berisi plateau dan lautan pasir. Hingga sekarang, kawah kepundan yang
masih nampak di pegunungan ini adalah Gunung Bromo. Ada teori lain yang
menyatakan bahwa Pegunungan Tengger terbentuk karena adanya letusan dari
beberapa gunung api yang ada di wilayah Pegunungan Tengger, kemudian meletus
secara dahsyat dan membentuk serangkaian pegunungan dan kaledra besar. Tepat di
sisi Utara Pegunungan Tengger, terjulang Gunung Semeru yang legendaris. Karena
salah satu pejuang Republik Indonesia di jaman Orde Baru, wafat di wilayah
Gunung Semeru saat melakukan pendakian, yaitu Soe Hok Gie.
Kaledra
pegunungan Tengger ini berbentuk elips dengan puncak berbentuk dinding
melingkar, luasnya mencapai 6.290 Ha, panjangnya ± 9 Km dari Utara ke Selatan
dan ± 10 Km dari Barat ke Timur. Kawah Gunung Bromo sendiri masih aktif
memancarkan panas Bumi, bahkan beberapa waktu Gunung Bromo sempat dikabarkan
Siaga I hingga taraf AWAS. Kawah Bromo terletak di atas Kawah Pegunungan
Tengger yang sangat besar, sedangkan kawah Pegunungan Tengger saat ini berupa
Lautan Pasir raksasa yang membentang luas memasuki beberapa wilayah dari
Malang, Nongkojajar hingga Probolinggo. Keunikan inilah yang oleh pada
wisatawan (terutama yang faham tentang geologi) sangat mempesona, dalam istilah
geologi kawah gunung Bromo pun disebut Crater In a Crater (kawah dalam kawah).
Aktivitas
Pegunungan Tengger yang aktif mempengaruhi topografi kawasan Tengger itu
sendiri, yaitu kaldera yang mengelilingi Laut Pasir terjal dengan kemiringan
sekitar 60o – 80o dan ketinggian antara 200-600 m. Gunung Bromo termasuk gunung
yang rendah di antara deretan pegunungan Tengger, sedangkan Gunung Semeru
menjadi gunung yang tertinggi di Pulau Jawa. Daerah pegunungan Tengger terdiri
dari gunung-gunung kecil, seperti Gunung Kendi, Baruklinting, Argowulan,
Pananjakan, Mungal, Cemara Lawang, Batok, Pasung Centang, Bromo, Pundak,
Widodaren, Pundak Lembu, Ijo, Walangan, Ideri, Kursi, Ider-ider, Jantur dan
Pulosari. Diantara gunung-gunung terdapat sebuah laut pasir yang luasnya ±
4.265 km2 dan oleh orang setempat dikenal dengan Segara Wedhi.
Secara
administratif, Masyarakat Adat Tengger tersebar di 4 (empat) kabupaten, yaitu
Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Malang, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten
Pasuruan. Jumlah desa di seluruh 4 Kabupaten yang didiami oleh Masyarakat Adat
Tengger sebanyak 33 desa.
Kawasan
Tengger mempunyai iklim yang sama dengan daerah-daerah lain di Indonesia, yaitu
iklim tropis. Saat musim hujan tiba, hari-hari penuh dengan kabut tebal yang
menyebabkan kelembaban udaranya mencapai rata-rata 80%. Begitu juga dengan suhu
udara, Kawasan Tengger mempunyai suhu udara yang relatif dingin, dan curah
hujan yang cukup tinggi. Pada musim penghujan suhu udara mencapai 2oC bahkan
pada saat tertentu di bawah 0oC dan minus, sedangkan curah hujan mencapai 2.500
mm per tahun. Pada musim kemarau cuaca agak bersih dari kabut, tetapi keadaan
diganggu oleh banyaknya debu yang berterbangan karena tertiup angin.
Nah
masih penasaran ingin mendaki ke Pegunungan Tengger?
Silahkan
kontak saya di nomor 0856-4950-9998 untuk SMS/Whatsapp/Telegram. Atau kalau mau
telp ke nomor 0812-5966-8302 a.n ARNANDA. Insyaa Allah saya ada paket menarik
buat Anda dan teman-teman Anda untuk melepas lelah dan penat. Untuk kantor juga
bisa dei, harga nanti bisa melalui kontak yah. Wisata Pas, harga pas, lelah
lepas ^-^
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Suara Nada Islami
0 komentar:
Posting Komentar